Oleh : Peter Russel
Keputusan saya untuk mempelajari teori fisika bersama dengan psikologi eksperimental adalah sangat kebetulan. Teori fisika membawa saya lebih dekat dengan kebenaran akhir dari dunia fisik, sedangkan psikologi eksperimental merupakan langkah pertama saya untuk mengungkapkan kebenaran dalam dunia batin kesadaran. Selain itu, semakin dalam aku masuk kedua bidang, saya menjadi semakin dekat pada kebenaran dunia luar dan dunia batin.
Dan jembatan yang menghubungkan keduanya adalah cahaya.
Kedua teori yakni relativitas dan fisika kuantum, adalah dua perubahan paradigma yang besar dalam fisika modern, yang dimulai dari anomali dalam perilaku cahaya. Dan keduanya menyebabkan pemahaman baru yang radikal tentang sifat cahaya. Cahaya, tampaknya, bukan saja menempati tempat yang sangat khusus di dalam kosmos, melainkan juga dalam beberapa hal yang lebih mendasar dari ruang, waktu atau materi.
Dari kedua pergeseran paradigma, teori relativitas adalah yang paling membuat saya terpesona. Ketika di bangku SMA saya merenungkan implikasinya terhadap sifat ruang dan waktu. Di universitas, itu adalah bagian favorit saya dari silabus fisika. Dan baru-baru ini saya menyadari bahwa relativitas ini ternyata persis sama seperti argumen Kant.
Teori relativitas muncul dari karakter aneh kecepatan cahaya. Menurut fisika klasik, pengukuran kecepatan cahaya harus bervariasi tergantung dengan gerakan pengamat. Variasi seperti itu terjadi sepanjang waktu di kehidupan sehari-hari. Jika, misalnya, Anda bersepeda di sepanjang jalan di kecepatan 20 mph, dan disusul oleh sebuah mobil dengan kecepatan 30 mph, kecepatan relatif mobil terhadap Anda adalah 10 mph. Jika Anda mengayuh sedikit lebih cepat, sampai Anda juga bergerak dengan kecepatan 30 mph, maka laju mobil relatif terhadap Anda akan menjadi nol, dan Anda akan bisa berkomunikasi dengan pengemudi mobil tersebut.
Cahaya bergerak jutaan kali lebih cepat dari sepeda, sehingga Anda tidak akan berharap untuk melihat adanya perbedaan yang signifikan dalam kecepatan relatif terhadap Anda. Namun demikian, Anda dapat menerapkan hal yang sama. Semakin cepat Anda bepergian, semakin lambat kecepatan cahaya relatif terhadap Anda. Tapi ketika fisikawan mencoba untuk mendeteksi perubahan ini, mereka memperoleh hasil yang membingungkan. Tidak perduli apakah Anda pergi ke arah cahaya atau sebaliknya, kecepatan relatif cahaya selalu sama.
Kebingungan dengan temuan ini, dua ilmuwan Amerika, Albert Michelson dan Morley Edard, merancang percobaan yang bisa mendeteksi variasi kecepatan cahaya dengan akurasi dua mil per detik, sekitar seratus kali lebih akurat dibandingkan dengan variasi yang diharapkan. Namun mereka ternyata memperoleh hasil yang sama persis. Kecepatan yang teramati dari cahaya tidak pernah bervariasi.
Bagi paradigma ilmiah yang ada, ini adalah sebuah anomali besar. Mengapa cahaya tidak mematuhi hukum yang sama seperti segala sesuatu yang lain? Ini dianggap tidak masuk akal.
Posting Komentar