Apakah anda takut
neraka dan ingin masuk sorga?
Jujur saja, sangat sulit bagi saya menjawab sesuatu yang belum pernah saya ketahui dalam kenyataan. Dalam bentuk perenungan bathin, bahwa diyakini ada kehidupan sesudah kematian, dimana juga diyakini bahwa segala perbuatan manusia dalam hidupnya akan diadili saat itu.
Meski sudah banyak saya baca dari kitab-kitab, namun bagi saya pertanyan itu ibarat pertanyaan itu ketika seseorang bertanya pada saya:
“Apakah anda menyukai pemandangan di Puncak?”
Padahal, misalnya, saya adalah orang buta. Tidak bisa melihat. Bagaimana mungkin saya bisa menjawab pertanyaan itu sedang segala hal yang bisa dilihat, saya tidak bisa bahkan tidak pernah melihatnya. Walaupun banyak orang saya dengar bercerita bahwa pemandangan di Puncak itu begitu indah. Tapi bagaimana pun saya tetap tidak pernah melihatnya. Jadi mengatakan saya suka atau tidak, dengan kondisi saya adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa saya jawab dengan pasti, meski yang memberi tahu saya adalah seorang raja.
Artinya, bagi saya, tentang sorga dan neraka di akhirat, adalah wilayah yang belum jelas dan belum saya mengerti. Saya pribadi belum pernah melihatnya (karena memang hal itu belum terjadi). Dengan penalaran logis, saya tidak bisa memaksakan diri untuk meyakininya.
Kesadaran saya hari ini, hanya terarah pada hal-hal yang memang real, pada hal-hal yang langsung bersentuhan dengan pengalaman nyata saja. Diluar itu, saya tidak sanggup berkata apa-apa lagi, karena memang tidak ada yang layak saya bayangkan untuk itu, Dasar penyemangat agar saya selalu berbuat baik dan benar bukan karena takut akan neraka dan ingin masuk sorga, tapi atas dasar kesadaran dan menyadari akan arti, hikmah dan tujuan hidup umat manusia sebagai khalifah fil’ardh.
Bagaimana mungkin
saya bisa tahu tentang sesuatu yang diluar pengalaman dan jangkauan pemahaman
saya? Jika saya tetap mengatakannya, maka disaat itulah saya sedang mengkhayal.
Dan itulah yang saya sebut sebagai imajinasi. Dan meyakini imajinasi itu
sebagai sebuah kenyataan atau Realitas yang sebanarnya, bagi saya itulah
sesuatu yang berlebihan.
Posting Komentar